Mensyukurinikmat Allah dengan perbuatan kita. Yaitu perbuatan dalam bentuk ketaatan kita menjalankan segala apa yang diperintah dan menjauhi segala apa yang dilarangNya. PerintahNya termasuk segala hal yang yang berhubungan dalam rangka menunaikan perintah-perintah Allah, baik perintah itu yang bersifat wajib, sunnah maupun mubah.
Nikmat yang Allah SWT berikan kepada kita, tidaklah terhitung banyaknya. Bahkan kalau kita mencoba melakukan hitungan itu, tidak akan kita mampu karena banyaknya. "Dan jika kamu mencoba menghitung nikmat Allah, pastilah tidak akan mampu melakukannya," demikian firman-Nya dalam Alquran. Mensyukuri nikmat, antara lain dengan cara lisan, yakni mengucapkan hamdalah, alhamdulillah. Seraya dicamkan dalam hati, betapa Mahakasih dan Mahasayangnya Allah. Sedangkan bersyukur dalam bentuk perilaku adalah memperlakukan nikmat yang ada sesuai yang dikehendaki Allah, Sang Pemberi Nikmat. Nikmat sehat misalnya, tentu saja harus disyukuri dengan menggunakan kesehatan itu dengan giat beribadah kepada-Nya. Juga, termasuk bersyukur, adalah memelihara kesehatan itu. Misalnya dengan berolahraga dan memakan makanan yang halal dan bergizi. Mensyukuri nikmat sehatnya normalnya pendengaran, penglihatan, dan suasana hati, haruslah disyukuri dengan jalan hanya mendengar, melihat, dan merasakan yang baik-baik dan halal saja menurut aturan Islam. Yaitu berupaya sekuat tenaga hanya melihat, mendengar, dan merasakan hal-hal yang tidak membuat kita lupa kepada Allah dzikrullah, atau menghindari hal-hal yang dapat membuat lupa kepada-Nya dan mendorong kita memperturutkan hawa nafsu syaithoniyah. Imam Ghazali menyebutkan, syukur itu tersusun dari tiga hal, yaitu ilmu, hal keadaan, dan amal perbuatan. Ilmunya ialah dengan menyadari bahwa kenikmatan yang diterimanya itu semata-mata dari Allah SWT. Keadaannya adalah menyatakan kegembiraan karena memperoleh kenikmatan. Amalnya adalah menunaikan sesuatu yang sudah pasti menjadi tujuan serta yang dicintai oleh Allah SWT yang memberi kenikmatan itu untuk dilaksanakan. Syukur dalam bentuk amal berkaitan dengan amalan hati, anggota badan, dan lisan. Kaitannya dengan hati adalah sengaja berbuat kebajikan dan merahasiakanya kepada seluruh makhluk. Hubungannya dengan lisan adalah mengucapkan pujian, hamdalah, yakni mengucapkan "alhamdulillah" segala puji bagi Allah. Kaitannya dengan anggota badan adalah mempergunaan kenikmatan itu untuk melaksanakan ketaatan kepada Allah SWT, tidak mempergunakannya untuk berbuat maksiat. Dengan demikian, nikmat harta disyukuri dengan menggunakan harta itu untuk kebaikan semata, sesuai dengan perintah Allah SWT, yakni untuk nafkah diri, keluarga, kerabat, dan kaum dhuafa dengan tetap mengeluarkan zakat, infak, dan sedekahnya. Termasuk syukur terhadap nikmat harta adalah mempersembahkan harta itu untuk jihad di jalan Allah atau menegakkan syi'ar Islam. Allah SWT menjanjikan, amalan syukur disertai iman adalah penghalang turunnya siksa Allah di muka bumi ini. Sebuah bangsa tidak akan mengalami krisis atau kesulitan jika mereka beriman dan bersyukur. Tidaklah Allah akan menyiksamu jika kamu bersyukur dan beriman QS an-Nisaa 147. Dia pun akan terus menambah kenikmatan itu jika kita pandai mensyukuri nikmat yang sudah diberikan-Nya QS Ibrahim 7. Sayangnya, sedikit sekali dari kita, hamba-hamba Allah, yang pandai bersyukur QS Saba 13, sehingga kesusahan kerap menimpa kita.
Bekerjasecara giat dan tekun serta melapangkan kesulitan orang lain. Itulah bukti syukur manusia kepada Pencipta, yaitu dengan melakukan segala perintahNya dan menjauhi laranganNya. Orang yang mampu bersyukur kepada Allah SWT merasakan lezatnya iman. Anugrah keyakinan bahwa segala nikmat hidup hanya karena kemurahan Allah SWT.
Kesehatan adalah hal berharga yang diinginkan oleh seluruh mahluk di dunia ini, bagaimana tidak, jika kita sehat kita dapat menjalani berbagai macam aktifitas dengan baik tanpa ada gangguan sedikit pun. tapi jika sehari saja kita sakit, maka hanya untuk makan saja hasrat untuk menikmati hidangan makanan akan hilang, jika kita sakit rasa nikmat yang biasanya kita dapatkan hanya dari menghirup aroma makanan lezat saja akan tidak berpengaruh sama sekali. alhasil, kita akan kehilangan energi dan kebugaran, lidah yang biasanya sensitif pada rasa nikmatnya makanan hanya akan merasa pahit ketika makan, hal ini tentunya sangat tidak nyaman bukan? agama islam jauh sebelum adanya ilmu kesehatan, telah terlebih dahulu menjelaskan hal ini dengan jelas di al-qur’an, Allah berfirman يَا أَيُّهَا النَّاسُ كُلُواْ مِمَّا فِي الأَرْضِ حَلاَلاً طَيِّباً وَلاَ تَتَّبِعُواْ خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ Artinya “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan, karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.” dari ayat di atas kita bisa mengambil dua hal penting yang Allah anjurkan dalam makanan, yaitu halal dan baik. Jika ayat tersebut hanya dibaca tanpa dihayati, tentunya tidak membuat kita merenung, tapi cobalah untuk membacanya dengan perhatian yang mendalam, merenungi, dan mulai membayangkan betapa Allah sangat tahu betul dua hal penting untuk dilakukan oleh mahluknya ketika memakan sesuatu, yaitu makanan yang halal dan yang baik Makanan yang Halal Halal Arab حلال ḥalāl; diperbolehkan’ adalah segala objek atau kegiatan yang diizinkan untuk digunakan atau dilaksanakan, dalam agama Islam. Maka makanan yang halal adalah makanan yang diizinkan untuk dimakan. Kebalikan dari halal adalah haram yaitu segala sesuatu atau kegiatan yang dilarang untuk digunakan atau dilaksanakan. berikut ini adalah tiga kriteria makanan haram atau yang tidak boleh kita makan Makanan yang dari dzatnya sudah haram, contoh bangkai, darah, daging babi, daging hewan yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas. makanan haram ini sudah tertera dalam al-quran حُرِّمَتْ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةُ وَالدَّمُ وَلَحْمُ الْخِنْزِيرِ وَمَا أُهِلَّ لِغَيْرِ اللَّهِ بِهِ وَالْمُنْخَنِقَةُ وَالْمَوْقُوذَةُ وَالْمُتَرَدِّيَةُ وَالنَّطِيحَةُ وَمَا أَكَلَ السَّبُعُ إِلَّا مَا ذَكَّيْتُمْ وَمَا ذُبِحَ عَلَى النُّصُبِ Artinya “ Diharamkan bagimu memakan bangkai, darah, daging babi, daging hewan yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan diharamkan bagimu yang disembelih untuk berhala. ” Makanan/minuman yang cara mendapatkannya dengan cara yang dilarang, misal makanan curian, maka walaupun makanan itu dzatnya halal tapi karena didapatkan dari hasil mencuri, maka makanan itu menjadi haram. Cara mengolahnya, jika makanan/minuman diolah dengan maksud untuk membuat minuman keras khamr, maka makanan/minuman yang tadinya halal akan menjadi haram karena diolah menjadi minuman haram, yaitu minuman keras. dari penjelasan di atas kita bisa menyimpulkan bahwa makanan halal adalah makanan yang diizinkan oleh agama islam, makanan yang halal juga berarti makanan yang dari dzat yang halal, pengolahan dan cara mendapatkannya itu juga dengan cara yang HALAL. Maka marilah kita teliti kembali, apakah makanan yang kita makan sudah halal? apakah makanan yang kita makan didapatkan dari harta yang halal? atau apakan makanan yang kita terima dari orang lain saudara, teman, atau siapapun adalah makanan yang halal? hal ini harus kita lakukan mengingat hadis nabi yang menyebutkan قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلُّ جِسْمٍ نَبَتَ مَنْ سُحْتٍ فَالنَّارُ أَوْلَى بِهِ Rasulullah bersabda “Setiap tubuh daging yang tumbuh dari perkara makanan HARAM, maka NERAKA adalah tempat yang layak baginya.” subhanallah, betapa tegasnya Rasul memperingati umatnya, sampai-sampai neraka menjadi tempat layak bagi pemakan makanan haram. Ada satu kisah yang sangat terkenal, kisah ini datang dari khalifah keduaKhulafaur Rasyidin, beliau adalah Umar bin Khattab. Berikut ini adalah kisah beliau yang sangat waspada pada makanan haram “Abu Bakar ra. memiliki seorang budak yang selalu memberikan sebagian pendapatannya kepada beliau. Suatu hari, ia menghidangkan sedikit makanan kepada Abu Bakar ra.. Lalu beliau mencicipi sedikit makanan itu. Hambanya berkata, “Tuan, biasanya tuan selalu bertanya kepadaku; darimanakah penghasilanmu ini? Namun pada hari ini, tuan tidak menanyakannya.” Jawab Abu Bakar ra., “Itu karena saya merasa sangat lapar, sehingga lupa menanyakannya. Sekarang jelaskanlah tentang makanan ini.” Hambanya menjawab, “Ketika jahiliyah dulu, saya bertemu dengan suatu kaum dan memberi mereka mantera. Mereka berjanji kepadaku akan memberi imbalan atas jasaku. Dan pada hari ini saya melewati perkampungan mereka. Kebetulan mereka sedang melangsungkan pernikahan, jadi mereka memberikan makanan ini kepadaku.” Abu Bakar ra. langsung berteriak, “Kamu nyaris membinasakanku!” Kemudian beliau berusaha memuntahkan makanan yang telah ditelannya itu dengan memasukkan jarinya ke dalam tenggorokan. Tetapi karena lapar yang ia derita, makanan itu sulit dikeluarkan. Lalu ada seseorang yang memberitahu bahwa ia dapat muntah jika minum air sebanyak-banyaknya. Maka beliau minta dibawakan segelas besar air minum. Beliau langsung meminumnya. Ternyata dengan cara itu, ia dapat muntah. Seseorang berkata kepada beliau, “Semoga Allah merahmati tuan. Tuan telah bersusah payah mengeluarkan isi perut tuan, hanya karena sesuap makanan.” Jawab Abu Bakar ra., “Walaupun saya harus kehilangan nyawa untuk mengeluarkan makanan itu, pasti akan tetap kukeluarkan. Saya mendengar sabda Nabi saw., “Badan yang tumbuh dengan makanan haram, maka api neraka adalah pantas untuknya. Saya khawatir, jika dalam badanku ini tumbuh dari makanan ini.” two. Makanan yang Baik Kata Baik’ mempunyai arti yang cukup luas, dalam KBBI saja kata ini mempunyai ten arti yang berbeda, tapi arti kata baik’ dalam konteks ayat tentang makanan yang baik sesuai Kamus Besar Bahasa Republic of indonesia KBBI yaitu berguna; bermanfaat, contoh buku ini sangat — untuk dibaca; air putih sangat — untuk kesehatan;. nah dari pengertian tersebut dapat kita simpulkan bahwa arti baik yang dimaksud adalah makanan yang mempunyai manfaat bagi tubuh kita. Di dunia ini terdapat banyak sekali jenis makanan, tapi Allah menciptakan makanan yang baik bermanfaat bagi kesehatan kita. Dalam al-quran disebutkan bahwa يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ كُلُواْ مِن طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ وَاشْكُرُواْ لِلّهِ إِن كُنتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ “Wahai orang-orang yang beriman, makanlah yang baik-baik dari apa yang telah kami rizkikan kepadamu, dan bersyukurlah kepada Allah jika hanya kepada-Nyalah engkau menyembah.” perintah Allah tentang memakan makanan yang baik tentunya sangatlah jelas, yaitu makanan yang mengandung manfaat untuk kesehatan tubuh kita. Makanlah makanan yang kita butuhkan bacabaik,bermanfaat bukan makanan yang kita suka. Terkadang kita lupa, bahkan sering kali terbuai oleh beberapa makanan yang menurut kita baik padahal makanan itu tidak baik untuk kesehatan tubuh kita, contoh saja daging kambing, daging ini mempunyai manfaat untuk kesehatan tapi daging kambing juga tidak baik untuk orang yang mempunyai penyakit darah tinggi. jadi kata baik’ di sini diperuntukan untuk setiap individu, karena baik untuk orang lain belum tentu baik untuk diri kita, begitu juga sebaliknya baik untuk diri kita belum tentu baik untuk orang lain. Allah memberikan banyak jenis makanan di dunia ini, di sisi lain Allah juga sudah memberikan akal kepada kita untuk berfikir dan memilih makanan mana saja yang HALAL dan BAIK untuk tubuh kita. Semoga bisa menjadi renungan dan memberi manfaat untuk kita agar kita selalu memakan makanan yang HALAL dan BAIK. Amin. 🙂 Referensi
Artinya setelah seseorang diberi karunia dengan mendapatkan makanan yang halal dan didapatkannya dengan cara yang halal, maka sudah sepantasnya ia bersyukur kepada Allah. Yaitu dengan menyandarkan kenikmatan tersebut kepada Allah dan beramal shalih. Jama'ah Jum'ah yang dimuliakan Allah,